Kamis, 25 Februari 2016

Duniaku

aku menggerayangi masalalu,
mencari jalan menemui sang pemilik cinta dengan harap akan ada seseorang yang tulus menyeduhkan kopi untukku
tidak ada masalalu hanya bagian waktu tempat manusia saling bertemu untuk berpisah

kemudian, kuhempaskan jiwaku pada masa kini
masa di mana banyak syarat untuk sekedar mencintai
kubenamkan diriku pada secarik puisi, berjalan diantara kosa kata alam yang bersuara angin dan debur laut
mata malam menuntunku pada sesosok wanita diantara bait-bait prosa
ujung matanya tidak menggubrisku
tetapi hatinya dengan jelas menarik tubuhku untuk didekap
tak sanggup aku menahan godaan nafsu tuk sekedar bertanya nama
akhirnya aku keluar menemui masa depan yang penuh tanya

di masa depan, aku hanya menjadi angan yang tak sejalan dengan takdir
kulihat diriku dengan rambut yang memutih dan sebatang kretek yang baranya memudar
kuhirup semua udara yang memenuhi ruang itu
dirikupun terlempar ke ujung fajar
memaksaku menyaksikan gelap yang paling gelap
lalu seberkas cahaya muncul dari ufuk timur
kukira binar itu adalah mentari ternyata pendar itu adalah wanita diantara bait prosa

aku adalah pilihan dan gelap adalah kepastian
dan engkau adalah hiasan dari kisah yang telah diselesaikan
begitu katanya saat aku bertanya siapa

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar