Senin, 29 Februari 2016
Puisiku Dusta
Aku, iblis pengkhianat
Aku bentangkan sayap sayap hitam
Dusta yang kurangkai, kupelangikan
Dan aku lalu tertawa puas
Puisi Batang usiaku bertambah
Dua puluh satu tahun sudah usiaku
Terlahir kedunia yang penuh tanda tanya dan misteri
Seonggok kisah penuh luka dan trauma telah kutorehkan dalam hidupku
Oh Tuhan
Bimbing hamba agar tak gelap mata dalam ujian yang Kau beri
Dua puluh enam tahun yang melelahkan
Hidup yang penuh trauma dan luka telah mengajarkanku bahwa hidup adalah perjuangan
Sesal takkan berguna
Hnaya asa yang harus terus berkobar
Meski sakitnya masih terus mengejar
Tapi perjuangan harus terus berlanjut
Karena hidup memang belum kelar
Terlahir kedunia yang penuh tanda tanya dan misteri
Seonggok kisah penuh luka dan trauma telah kutorehkan dalam hidupku
Oh Tuhan
Bimbing hamba agar tak gelap mata dalam ujian yang Kau beri
Dua puluh enam tahun yang melelahkan
Hidup yang penuh trauma dan luka telah mengajarkanku bahwa hidup adalah perjuangan
Sesal takkan berguna
Hnaya asa yang harus terus berkobar
Meski sakitnya masih terus mengejar
Tapi perjuangan harus terus berlanjut
Karena hidup memang belum kelar
PUISI JANJI NANTI
Wahai anak cucu mahasiswa para insan mulia lagi bijaksana
Izinkan Saya bersilat lidah sepatah dua patah kata jangan marah
Dengar dengan seksama dan wajah penuh rupa
Nanti
Kalau jadi petani negeri
Nanti
Saya beri subsidi padi
Bibit unggul dari Australi
Putih bersih tak ada kepi
Sangat layak dikonsumsi
Nanti
Kalau jadi pedagang barang
Nanti
Saya kasih jutaan uang
Buat beli itu barang pakai baju jarang-jarang
Biar nasibmu tak malang
Nanti
Kalau kalian pedagang sayur, sate, cabe, tahu, tempe
Dari Sabang ke Merauke
Nanti
Saya beri lapak petak segi kotak
biar kelak tak berserak tartib datang bawa senapang tetap tenang
Pajak
Nanti tetap diatur ulang
Nanti
Kalau memang penduduk negeri percaya saya sampai mati
Biar saya ambil tahta tak tata negara hingga megah
Tiap kocek keluarga hidup mewah sejahtera
Aman adil makmur
Pilih Saya buat subur.
Eh biar subur
Nan… Nanti…
Pulang Nan… Ayo sayang…!
Istriku
Nama Pena: Daruhiko Ahmad
Judul Puisi : BARAT
Kuendap sepi lalu kurajut jadi dusta
mengalir tanpa ragu
iris sembilu rindu beku dalam lagu
Jeritnya menggema
Melabuhkan rasa
Timbulkan luka tancap di ujung sukma
Sekeping waktu meloncat keluar dari penjara hatiku
Ingin kutangkap
kan kujadikan rangkaian bunga rindu
Kuletakkan di atas telapak tanganmu
Tapi kau jatuhkan ke jurang kepedihan paling dalam
Terhenyak mata saksikan luka
Lidah hidup bisukan lara
Menyayat perih tak tersirat
Hingga darahnya pekat
Ingin kukatakan kau Bangsat
bahkan Keparat
Tapi kuingat
Kau ternyata lalat
Busukmu sungguh menyengat
Aku kecewa
Kau hanya memperalat
Sabtu, 27 Februari 2016
Puisi bersenandung
tuhan tak bersenandung lagi
bocah berumur lima
merengek minta senandung tuhan
tergantung lepas dalam udara
tengadah di bawah rembulan kemerahan
tergeletak di kolong kolong dunia
berserakan entah dimana
dia terperangah lihat tuhan
tersungkur dalam comberan
senandung tuhan lari lepas kendali
sembunyi di antara tumpukan jerami
buat bocah berumur lima
menjerit tangisan luka dalam
tersesat tak tau arah
minta tuhan bersenandung lirih
bocah berumur lima
merengek minta senandung tuhan
tergantung lepas dalam udara
tengadah di bawah rembulan kemerahan
tergeletak di kolong kolong dunia
berserakan entah dimana
dia terperangah lihat tuhan
tersungkur dalam comberan
senandung tuhan lari lepas kendali
sembunyi di antara tumpukan jerami
buat bocah berumur lima
menjerit tangisan luka dalam
tersesat tak tau arah
minta tuhan bersenandung lirih
Jumat, 26 Februari 2016
PUISI GELISA
rasanya ingin kupecahkan otak
dan berhamburanlah dia
disela sela aortaku
rasanya ingin kuhempas tulang kering
dan berserakanlah mereka
dalam tubuh keringku
rasanya ingin kubuang sakit di hati
dan kugantung kamu
di depan jendela kamarku
aduh
telah kuhambur kuhempas kubuang
mereka semua tpi resah gelisah
terus gentayangi dunia senyapku
hingga gerimis gugur masuk
kolong kolong tulang rawanku
buat mereka berputar
dalam lingkaran gelisahku
puisi pilu
tersedak lagi aku
oleh guratan malam
buat aku pilu
sakit memang tapi tak apalah
ada secangkir sinar bintang
sebagai penawarnya
desah jantungku beri isarat
pada semangkuk embun pagi
katanya mentari sedang marah
maka begegaslah!
senja akan mencuri secangkir sinar bintang
biar aku terus diterjang pilu
oleh guratan malam
buat aku pilu
sakit memang tapi tak apalah
ada secangkir sinar bintang
sebagai penawarnya
desah jantungku beri isarat
pada semangkuk embun pagi
katanya mentari sedang marah
maka begegaslah!
senja akan mencuri secangkir sinar bintang
biar aku terus diterjang pilu
Puisi Mayat di Malam Hari
Lentera hitam remangkan cahaya
ikuti langkah-langkah langit dalam gulita
Sendu nian nyanyian sunyi
topang tubuh setengah mati
tahan janji berhias duri
dalam semalam musnahkan mimpi
Adakah mata memandang?
Tatap insan berhias kafan
putih kan hilang baurkan darah
tanah merah rapatkan badan
Anumerta siap tancap dengan gagah
Adakah peduli datang?
Gerimis air mata tertahan di belakang
Mereka simak setengah sedan
Tak ada nyanyi pahlawan
cerca hina jadi makanan
Salahkah dunia?
Peta Tuhan bukan untuknya
bijaksana mimpi belaka
Wahai insan mulia
janganlah semena-mena
ikuti langkah-langkah langit dalam gulita
Sendu nian nyanyian sunyi
topang tubuh setengah mati
tahan janji berhias duri
dalam semalam musnahkan mimpi
Adakah mata memandang?
Tatap insan berhias kafan
putih kan hilang baurkan darah
tanah merah rapatkan badan
Anumerta siap tancap dengan gagah
Adakah peduli datang?
Gerimis air mata tertahan di belakang
Mereka simak setengah sedan
Tak ada nyanyi pahlawan
cerca hina jadi makanan
Salahkah dunia?
Peta Tuhan bukan untuknya
bijaksana mimpi belaka
Wahai insan mulia
janganlah semena-mena
PUISI PECAH BULU
Batu langit menetes tanpa isyarat
Dalam dingin terjerat
Dalam sepi terpikat
Dalam sekejap jadi keparat
Bercumbu bersama perawan bangsat
Perjaka terikat jum'at keramat
Kembang ....
Kumbang ....
Berperang diatas ranjang
Selangkang dijajah belang
Perawan diobral demi uang
Harga diri tergadai untuk keranjang
Kupu-kapu malam
Terbang, menapaki masa-masa kelam
Hanya bungkam
Saat malam diam
Jalan hitam
Diterjang gulita malam
Raut wajah serupa bidadari
Senyum manis seakan menari-nari
Tergoda !! Perjaka tak mampu hindari
Berjalan jari jemari menelusuri
Menujuh inti sari
Perjaka menikmati hangat mentari
BAHAGIA HATI BERSERI-SERI
Dalam dingin terjerat
Dalam sepi terpikat
Dalam sekejap jadi keparat
Bercumbu bersama perawan bangsat
Perjaka terikat jum'at keramat
Kembang ....
Kumbang ....
Berperang diatas ranjang
Selangkang dijajah belang
Perawan diobral demi uang
Harga diri tergadai untuk keranjang
Kupu-kapu malam
Terbang, menapaki masa-masa kelam
Hanya bungkam
Saat malam diam
Jalan hitam
Diterjang gulita malam
Raut wajah serupa bidadari
Senyum manis seakan menari-nari
Tergoda !! Perjaka tak mampu hindari
Berjalan jari jemari menelusuri
Menujuh inti sari
Perjaka menikmati hangat mentari
BAHAGIA HATI BERSERI-SERI
PUISI SAJAK SAKIT-SAKITAN
sakit, sangat sakit
sampai aku tak bisa bernafas
dan aku mendengar banyak
suara aneh ditelingaku
mataku gelap tertutup rasa sakit
hatiku sangat sakit sama seperti
saat kau oleskan alkohol di atas lukaku
menyengat sangat menyengat
sampai aku tak bisa bernafas
dan aku mendengar banyak
suara aneh ditelingaku
mataku gelap tertutup rasa sakit
hatiku sangat sakit sama seperti
saat kau oleskan alkohol di atas lukaku
menyengat sangat menyengat
perih
pedih
sakit
dulu kau dekap aku dengan hasrat asmara
dulu kau belit aku dengan keanggunan cinta
tapi sekarang kau memasang muka lupa
semua kenangan gugur tak tersisa
apakah kau tidak mengingatku sayang ?
kata kata cinta kini tak bemakna
kau terus tikam aku dengan sakit
sakit, sangat sakit
saat langkah jatuh tak tersisa
kau berpaling tak bermuka
aku terduduk di bawah pohon asmara
coba ukir kembali keanggunan cinta
namun kau semakin tak tampak
lenyap
senyap
benyap
pedih
sakit
dulu kau dekap aku dengan hasrat asmara
dulu kau belit aku dengan keanggunan cinta
tapi sekarang kau memasang muka lupa
semua kenangan gugur tak tersisa
apakah kau tidak mengingatku sayang ?
kata kata cinta kini tak bemakna
kau terus tikam aku dengan sakit
sakit, sangat sakit
saat langkah jatuh tak tersisa
kau berpaling tak bermuka
aku terduduk di bawah pohon asmara
coba ukir kembali keanggunan cinta
namun kau semakin tak tampak
lenyap
senyap
benyap
PUISI KATA-KATA
Buku dan pena bercumbu
Beranak kata-kata bermakna
Tertuang dalam kertas putih polos
Sebagai inspirasi
Cipta cerita dalam realita
Akan tetapi,makna kata sukar dimengerti
Terkadang kata-kata menipu
Kata-kata manis tak semanis makna kata
Ketika kata-kata berbicara
Melodi kata setajam pedang
Terdengar panas ditelinga
Terasa sakit tikam hati
Namun,jika kata-kata diolah dengan matang
Kata-kata mencerminkan keindahan
Bagi siapa saja yang meneguk kata-kata dengan hati nurani
Pahami setiap makna dalam kata
Pelajari maksud dari kata-kata
Agar kata-kata tidak sesat
Terjerat dalam lisan keparat
Kata-kata jadi indah
Jika kata tersirat dengan manis
Kata-kata jadi racun
Jika kata-kata dilontar pahit dicerna
Kata-kata
Jangan remehkan kata-kata
Karena satu kata berbahaya
Jika dilafaskan dengan mulut harimau
Beranak kata-kata bermakna
Tertuang dalam kertas putih polos
Sebagai inspirasi
Cipta cerita dalam realita
Akan tetapi,makna kata sukar dimengerti
Terkadang kata-kata menipu
Kata-kata manis tak semanis makna kata
Ketika kata-kata berbicara
Melodi kata setajam pedang
Terdengar panas ditelinga
Terasa sakit tikam hati
Namun,jika kata-kata diolah dengan matang
Kata-kata mencerminkan keindahan
Bagi siapa saja yang meneguk kata-kata dengan hati nurani
Pahami setiap makna dalam kata
Pelajari maksud dari kata-kata
Agar kata-kata tidak sesat
Terjerat dalam lisan keparat
Kata-kata jadi indah
Jika kata tersirat dengan manis
Kata-kata jadi racun
Jika kata-kata dilontar pahit dicerna
Kata-kata
Jangan remehkan kata-kata
Karena satu kata berbahaya
Jika dilafaskan dengan mulut harimau
PUISI ANAK AWAN MENGAMUK
anak anak awan
terus terjang aku
tak kuasa aku menolak
lembab kini jadi basah
detik kini berlari
anak awan terus kebiri
aku tak bisa berdiri
kamu direndam sendiri
dibawah terpal bertongkat
kamu sembunyi takut anak awan
karena basah sudah lepas jadi bencana
kamu beku kena hantam anak anak awan
ah maaf
aku sudah lepas kendali
kamu harus berlari
anak anak awan terus berlari
awas nanti kamu direndam beku
terus terjang aku
tak kuasa aku menolak
lembab kini jadi basah
detik kini berlari
anak awan terus kebiri
aku tak bisa berdiri
kamu direndam sendiri
dibawah terpal bertongkat
kamu sembunyi takut anak awan
karena basah sudah lepas jadi bencana
kamu beku kena hantam anak anak awan
ah maaf
aku sudah lepas kendali
kamu harus berlari
anak anak awan terus berlari
awas nanti kamu direndam beku
PUISI INTERNET
Ku ku
di Ku
lama bermain duniamu cuma
bermain lebih lama sangat lama mencoba
lama suka suka suka suka ternyata
lama suka suka lama
lama suka lama
jerat d n bius
ikat a a erat
dalam r n serat
mata h a h a penuh
warna h h peluh
indah t a erat
menempel e w dalam
otak kanan r a otak kiri
t
Ha Ha Ha
coba berhenti semakin bertambah
kulari
kau
datang menghantui
in gin lagi
lagi gila lagi sesat
lagi main lagi berat
lagi nikmat lagi sekarat
Aku terjerat
lama bermain
bermain lebih lama
lama suka suka suka
lama suka suka lama
lama suka
jerat d
ikat a a erat
dalam r
mata
warna
indah
menempel e
otak kanan r a
coba berhenti semakin bertambah
lagi gila lagi sesat
lagi main lagi berat
lagi nikmat lagi sekarat
PUISI gelap
gelap selimuti hidupku
cahayapun berpaling dariku
pengap menyergap hidupku
kapan cahaya datang lagi?
detik berubah sendu
gelap bersenandung merdu
nada senyap merasuk hidupku
bergejolak dalam hirup kopiku
pahit
gelap
hitam
tak berasa
ampas kopiku gelap
cahayaku pancarkan gelap
darahku kegelapan
bosan aku dengan gelap
bawa terus kepengapan
kangen aku dengan mentari cahaya
andai gelap biarkan cahaya
masuk dalam hidupku
biar aku tak kegelapan lagi
PUISI Dendam Malam
malam diam bungkam
Dendam terpendam dalam
Dalam bisu mata terpejam
Mentari padam senja kelam
Bingkai malam berselimut harapan
Biar lara ku pendam
Ingin ku lupakan
Masa-masa kelam
Pahit biar ku telan
Gulita malam biar jadi kenangan.
Dendam terpendam dalam
Dalam bisu mata terpejam
Mentari padam senja kelam
Bingkai malam berselimut harapan
Biar lara ku pendam
Ingin ku lupakan
Masa-masa kelam
Pahit biar ku telan
Gulita malam biar jadi kenangan.
PUISI Bintang Malam
Hilang terselimuti awan hitam
redup kejora mu pupus kan asa
imajinasi terayun-ayun harap kau hadir ketuk jiwa yg menyendiri
terbangun ku..
Dalam khayal tentang bintang yg baru saja temani ku
irama keheningan arungi malam dingin sepi
doa ku smoga besok malam sang bintang tampak kan indah nya
PUISI kecewa
Kuendap sepi lalu kurajut jadi dusta
mengalir tanpa ragu
iris sembilu rindu beku dalam lagu
Jeritnya menggema
Melabuhkan rasa
Timbulkan luka tancap di ujung sukma
Sekeping waktu meloncat keluar dari penjara hatiku
Ingin kutangkap
kan kujadikan rangkaian bunga rindu
Kuletakkan di atas telapak tanganmu
Tapi kau jatuhkan ke jurang kepedihan paling dalam
Terhenyak mata saksikan luka
Lidah hidup bisukan lara
Menyayat perih tak tersirat
Hingga darahnya pekat
Ingin kukatakan kau Bangsat
bahkan Keparat
Tapi kuingat
Kau ternyata lalat
Busukmu sungguh menyengat
Aku kecewa
Kau hanya memperalat
PUISI istriku
Wahai anak cucu mahasiswa para insan mulia lagi bijaksana
Izinkan Saya bersilat lidah sepatah dua patah kata jangan marah
Dengar dengan seksama dan wajah penuh rupa
Nanti
Kalau jadi petani negeri
Nanti
Saya beri subsidi padi
Bibit unggul dari Australi
Putih bersih tak ada kepi
Sangat layak dikonsumsi
Nanti
Kalau jadi pedagang barang
Nanti
Saya kasih jutaan uang
Buat beli itu barang pakai baju jarang-jarang
Biar nasibmu tak malang
Nanti
Kalau kalian pedagang sayur, sate, cabe, tahu, tempe
Dari Sabang ke Merauke
Nanti
Saya beri lapak petak segi kotak
biar kelak tak berserak tartib datang bawa senapang tetap tenang
Pajak
Nanti tetap diatur ulang
Nanti
Kalau memang penduduk negeri percaya saya sampai mati
Biar saya ambil tahta tak tata negara hingga megah
Tiap kocek keluarga hidup mewah sejahtera
Aman adil makmur
Pilih Saya buat subur.
Eh biar subur
Nan… Nanti…
Pulang Nan… Ayo sayang…!
Istriku
Izinkan Saya bersilat lidah sepatah dua patah kata jangan marah
Dengar dengan seksama dan wajah penuh rupa
Nanti
Kalau jadi petani negeri
Nanti
Saya beri subsidi padi
Bibit unggul dari Australi
Putih bersih tak ada kepi
Sangat layak dikonsumsi
Nanti
Kalau jadi pedagang barang
Nanti
Saya kasih jutaan uang
Buat beli itu barang pakai baju jarang-jarang
Biar nasibmu tak malang
Nanti
Kalau kalian pedagang sayur, sate, cabe, tahu, tempe
Dari Sabang ke Merauke
Nanti
Saya beri lapak petak segi kotak
biar kelak tak berserak tartib datang bawa senapang tetap tenang
Pajak
Nanti tetap diatur ulang
Nanti
Kalau memang penduduk negeri percaya saya sampai mati
Biar saya ambil tahta tak tata negara hingga megah
Tiap kocek keluarga hidup mewah sejahtera
Aman adil makmur
Pilih Saya buat subur.
Eh biar subur
Nan… Nanti…
Pulang Nan… Ayo sayang…!
Istriku
PUISI Galau
Kate bahan
Kate inspirasi
Kosakata habis terkikis
Otak ku buntu
Nalar ku beku
Pikiranku kaku
Kusut kata tak terajut
Tinta tertuang tak bermakna
Kertas putih kini kusut gambarkan diri
Resa,gelisa,,suka,duka,tawa, canda,marah,benci,senang, bahagia, semua rasa berkecamuk dalam hati
Semua jadi kacau
Kenapa ?
Ada apa ?
Aku bingung !!!
Kata-kata yang tertata tak ada arti.
Aku tak mengerti .....!!!
Kenapa aku jadi begini.
Kate inspirasi
Kosakata habis terkikis
Otak ku buntu
Nalar ku beku
Pikiranku kaku
Kusut kata tak terajut
Tinta tertuang tak bermakna
Kertas putih kini kusut gambarkan diri
Resa,gelisa,,suka,duka,tawa, canda,marah,benci,senang, bahagia, semua rasa berkecamuk dalam hati
Semua jadi kacau
Kenapa ?
Ada apa ?
Aku bingung !!!
Kata-kata yang tertata tak ada arti.
Aku tak mengerti .....!!!
Kenapa aku jadi begini.
PUISI Bintang
Bintang hati bertanggalan
Asa jiwa berguguran
Mimpi raga bertebangan
Melayang
............Tergantung
Janji manis binatang jalang. Negeri runtuh hukum berserakan
Tikus bangun kerajaan
Gerogoti lumbung padi ilalang jalanan
Sungguh malang nasib PERTIWI
Meratap jeritan rakyat jelatah
MENANGIS
...............MENGEMIS
..............................MENGAIS
Terpaksa.....
Pasrah.....
Asa jiwa berguguran
Mimpi raga bertebangan
Melayang
............Tergantung
Janji manis binatang jalang. Negeri runtuh hukum berserakan
Tikus bangun kerajaan
Gerogoti lumbung padi ilalang jalanan
Sungguh malang nasib PERTIWI
Meratap jeritan rakyat jelatah
MENANGIS
...............MENGEMIS
..............................MENGAIS
Terpaksa.....
Pasrah.....
PUISI Balik Hujan
Batu langit berguguran, gerimis mengundang
Datang pelangi mencuci mata
Riuh... Suara anak trotoar berdendang
Melepas selempang kepedihan yang bertahta.
Di balik hujan.......
Aku berdiri di antara batu yang bertanggalan
Menghapus jejak-jejak hitam kehidupan
Bersama anak trotoar yang
Kelaparan
Hujan datang lagi
Anak trotoar berlari mencari tempat sembunyi
Karena janji petinggi
Hanyut bersama batu yang bernyanyi
Hajun, di balik topeng anak trotoar.
Menggigil anak trotoar tercambuk sinar mentari
Topeng-topeng kepalsuan dengan janji manis menari-nari
Mencuri jati diri negeri
Di atas kursi yang kian rapuh
Topeng-topeng palsu bersikukuh
Tancapkan paku agar tak runtuh !
Tuhan....
Di balik hujan
Harapan demi harapan tergadaikan
Anak trotoar jadi sampah
Topeng-topeng palsu menjilati sumpah
Pasrah....
Di sepanjang trotoar hujan
Jadi kenangan
Kehangatan, hanya seberkas mimpi semu
Terasa manis pagi yang dini
Semakin kelam,
Semakin malam manis semakin hilang.
Tinggal pahit yang terasa, menenggelamkan semua asa.
Puisi Pandangan
Terjerat dalam malam
Terpasung dalam diam
Tergantung dalam kelam
Terkulum dalam bungkam
Hatiku tertikam dalam.....
Dan kau.....
Dengan semua harapan palsu
Dengan semua janji semu
Buat aku mabuk....
Memandang bingkai usang
Hanyut aku dalam lamunan
Panjang jalan aku tapaki
Mencari duri dalam hati
Semua sia-sia
Aku mandi air mata
Ketika rasa yang aku ukit
Pudar terjilat hati yang dusta
Kau....
Bermain api
Ketika aku tulus mencintai
Hati termutilasi
Pilar-pilar yang terajud kokoh runtuh
Ketika kau bisikan pada bayu
Ternyata kau tak lagi mencintaiku...
Hatiku pecar bertanggalan
Remuk jantung retak seribu
Biarlah jadi debu...
Cerita kau dan aku biarlah berlalu.
Jadi abu-abu.
Puisi GRAVE
Dengarlah hutan di Ritmis,
Tanah di Grave sangat lambat mengalun malam
Bosankah? Belum panas
Solmisasikan Largo di laut
Kendati bukan ego
Sumbangkah? Belum merah di larva
Gerakkan saja Lento agar jemari bumi berlari
Tapi Adagio ingin menari lebih erupsi
Largheto amuk iri lempar batu harmoni
Mengapa tak peduli?
Semua diam berhenti
Ada tempo lebih ngeri
Nada manusia bersedih
Saat Kelud bernyanyi
Semua mati
Tragedi
Tanah di Grave sangat lambat mengalun malam
Bosankah? Belum panas
Solmisasikan Largo di laut
Kendati bukan ego
Sumbangkah? Belum merah di larva
Gerakkan saja Lento agar jemari bumi berlari
Tapi Adagio ingin menari lebih erupsi
Largheto amuk iri lempar batu harmoni
Mengapa tak peduli?
Semua diam berhenti
Ada tempo lebih ngeri
Nada manusia bersedih
Saat Kelud bernyanyi
Semua mati
Tragedi
PUISI NEGERIKU
Tong kosong nyaring bunyi yo
Besak uap bae, tapi kate bukti yo
Pemimpin obral janji-janji
Dapet kursi ingkar janji lagi
Pemimpin negeri cuman cari rai
Topeng gemerlap nutup borok pertiwi,
Jati diri negeri terkulum dalam janji-janji palsu
Rakyat melarat terjilat tikus-tikus keparat
Gerogoti duit rakyat yang sekarat.
Tuhan.........
katanya ? Negeri ini sudah merdeka
Tapi nyatanya ???
Apa !
Kata MERDEKA !!!
Hanya untuk yang punyo dasi bae
Yang punyo kursi bae
Yang punyo mersi bae.
Pertiwi mandi air mato
Jingo pemimpin gilo harto.
Mati bae galo men dak kate yang dapat di percayo.
PUISI AKHIR
Terpaku dikebimbangan malam
Berjalan tanpa tujuan
Kepedihan memasung hati.
Aku.....
Tenggelam dalam lamunan
Aku letih.....
Aku tak kuat lagi.....!!
Tuhan....
Ingin aku tutup buku ini dan terbang ke langit ketujuh agar aku tahu jawaban akan semua tanya yang berkecamuk dalam hati.
Puisi Bungkam
Terbungkam,
Sunyi..................
Tatap kosong tajam memandang
Mata saga pancar ketakutan
Tersungging senyum pahit
Tekapar......!!!!
Hanya sebelah mata
Orang-orang diam tersenyum
Jiwa terbelenggu daun-daun gugur
Menghitung jarum yang berputar
Menunggu menutup buku.
Kamis, 25 Februari 2016
Puisi APA ARTI PUISI
Hujan berpuisi bersama angin diiringi gelegar petir dan percikan cahaya halilintar
Air mempuisikan gerak, mengalir tenang dan deras, menghentak, terjun
Burung-burung berpuisi lagukan siulan, jerit cicit, terkadang bunyi menakutkan
Serigala bersama Anjing mempuisikan lolong panjang, jeritan dan menyalak riuh
Laut, ombak, karang dan pantai telah jutaan tahun berpuisi, tak pernah berhenti
Apakah itu puisi?
Bermaknakah?
Rasa jua yang memberi imajinasi,memaknai setiap bunyi
Itulah puisi!
Hidup ini puisi-puisi
Nikmatilah!
puisi wanitaku
Bidadariku tubuhmu molek laksana gitar spanyol
Lekuk tubuhmu mempesonaku
Tak tahanku ingin menjamahmu
Bercumbu kenikmatan malam purnama
Sayang kemarilah...
Nikmati malam penuh gairah cumbulah bibirku ini dengan cinta birumu
Mendesahlah..
Puaskan hasratmu bersamaku
Seketika itu jemarimu meremas seprai seakan tak kuasa membendung kenikmatan
Purnama tersipu malu melihat tingkah kita berdua berpautan memadu kasih
Sayang...
Sungguh nikmat tiada terkira ..
Terasa lemas keringat seakan bersemi rimbun hiasi tubuh molekmu
Molekul tubuh tetap sama
Akhiri dengan jerit kepuasanmu dewiku..
Bahagialah malam ini menuju mahligai
Kereta kencana istana kita
PUISI EPILOG KEMBARA CINTA
Rasa ini sudah tak bisa dikata dengan sempurna.
Dan makna tak bisa di urai seperti benang kusut..
Dalam hidupku.
Namun aku terus berjalan
Tanpa pernah bisa melihat pangkal pandanganku.
Lelah sekali.
Entah dimana...
Aku tak tau.
Disini aku terdiam
Entah hanya sekedar mampir atau bermukim.
Dan aku terlalu lelah untuk melangkah
Dan aku terlalu lelah dengan hati yang terus bernyanyi sunyi.
Duniaku
aku menggerayangi masalalu,
mencari jalan menemui sang pemilik cinta dengan harap akan ada seseorang yang tulus menyeduhkan kopi untukku
tidak ada masalalu hanya bagian waktu tempat manusia saling bertemu untuk berpisah
kemudian, kuhempaskan jiwaku pada masa kini
masa di mana banyak syarat untuk sekedar mencintai
kubenamkan diriku pada secarik puisi, berjalan diantara kosa kata alam yang bersuara angin dan debur laut
mata malam menuntunku pada sesosok wanita diantara bait-bait prosa
ujung matanya tidak menggubrisku
tetapi hatinya dengan jelas menarik tubuhku untuk didekap
tak sanggup aku menahan godaan nafsu tuk sekedar bertanya nama
akhirnya aku keluar menemui masa depan yang penuh tanya
di masa depan, aku hanya menjadi angan yang tak sejalan dengan takdir
kulihat diriku dengan rambut yang memutih dan sebatang kretek yang baranya memudar
kuhirup semua udara yang memenuhi ruang itu
dirikupun terlempar ke ujung fajar
memaksaku menyaksikan gelap yang paling gelap
lalu seberkas cahaya muncul dari ufuk timur
kukira binar itu adalah mentari ternyata pendar itu adalah wanita diantara bait prosa
aku adalah pilihan dan gelap adalah kepastian
dan engkau adalah hiasan dari kisah yang telah diselesaikan
begitu katanya saat aku bertanya siapa
Kanti
Kanti
Sampai saat kunanti
Engkau sangat bearti
Tak berhati
Melihat kanti
Kepanasan dinginnya hari
Engkaulah kanti
Slalu membantu kondisi
Dikalah pergi
Kanti pasti kaw dijagai
Kugantikan oli
Agar kaw tetap berdiri
Kanti kita kunjungi
Semua yg ada dibumi ini
Histori
Kisah ini slalu jadi cerita kelak
Dalam kemenangan pasti ada kebahagian dan perjuangan
Percaya pasti ada kekalahan di landa dalam suatu perdunian ini
Bila harus kisah ini harus menjadi cerita dan harus menemukan yang pasti dalam pernafasan kedunian
Dalam diri ini lemah bila melawan egois dan diakui segalanya.
Kelak
Manusia menemukan dalam kisahnya apa yang terbaik untuk nya hingga bisa
mengalahkan kegoisan yang pasti melawannya dan menemukan cinta yang pasti
dan kasih sayang yg pasti dalam harapannya.
Sadari
Semua karya pasti mengalami salah hingga bisa menjadi enak di baca dan enak didengarkan olehnya.
Tuntutlah hidupmu sehingga bisa membahagiakan yg seharusnya di bahagiakan.
Begitu
Hingga akhirnya waktu
Angin tetaplah begitu
Langit tetaplah begitu
Udara pun begitu
Bagaimana dengan diriku ?
Apakah tetap begitu ?
Maafkanlah ortuku
Jasamu dan pengorbananmu
Tak mungkin di balas dg begitu
Jangankan waktu
Melawan dunia pun begitu
Tuhanku dengarkanlah isi hatiku
Diriku tak maw begitu !
Langganan:
Komentar (Atom)







